Actuating adalah menggerakkan orang (bawahan) agar supaya mau bekerja dengan
sendirinya atau dengan penuh kesadaran
untuk secara bersama-sama mencapai tujuan yang dikehendaki. Actuating berarti pendorongan semangat
kerja dan penjurusana aktivitas bawahan agar menuju kepada maksud yang
dikehendaki dan rencana yang tekah ditetapkan. Jika manajer melakukan aktifitas
ini, berarti ia harus membangkitkan semangat kerja bawahan, memelihara semangat
tersebut, mendorong dan menjuruskan kea rah timbulnya aktivitas yang positif
dengan melakukan pembibingan yang aktif, memberi perintah-perintah kerja,
penugasan-penugasan, sehingga semua aktivitas bawahan benar-benar menjurus
kearah maksud yang dikehendaki serta rencana yang telah ditetapkan dalam
organisasi yang bersangkutan.
Dalam penggerakan ini memerlukan kepemimpinan atau
leadership yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar supaya mau
bekerja dengan tulus hati, sehingga pekerjaan berjalan dengan lancar dan tujuan
dapat tercapai. Seorang manajer yang mempunyai kemampuan untuk memimpin akan
dengan mudah menggerakkan bawahannya, sehingga seluruh pegawai yang ada pada
pimpinannya akan merasakan kesenangan bekerja. Seorang manajer yang tidak
memiliki kemampuan untuk memimpin akan mengalami kegagalan, oleh karena itulah
Harold Koontz dan Cyril O’Donnell menyatakan “leadership is managerial key”.
Dalam rangka actuating,
karyawan harus mendapat penjelasan sebaik-baiknya tentang rencana yang akan
dikerjakan, sehingga mereka mengerti betul apa yang menjadi tugasnya dan pada
akhirnya akan bertangung jawab. Pegawai yang melakukan pekerjaan, tetapi tidak
mengetahui untuk apa pekerjaannya itu akan bekerja dengan ragu-ragu sehingga
tidak bertanggung jawab. Disamping itu actuating bukan dengan jalan paksaan
tetapi dengan ajakan (persuasi) dan dorongan (motivasi). Menggerakkan bawahan
harus pula kontinyu atau terus-menerus, karena proses kerja itu pun dalam
manajemen adalah terus-menerus. Penggerakan karyawan yang sifatnya sewaktu-waktu
atau temporer akan menimbulkan gairah dan semangat kerja yang sifatnya temporer
pula. Hal ini berbahaya, sebab gairah kerja akan berpengaruh terhadap
kelancaran jalannya pekerjaan. Banyak pekerjaan yang tidak selesai pada
waktunya disebabkan karyawan tidak mempunyai gairah kerja. Timbulnya gairah
kerja dari karyawan tergantung kepada kepemimpinan manajer. Menggerakkan
karyawan harus pula ditujukan kepada hal-hal yang pragmatis atau hal-hal yang
berguna bagi kepentingan usaha dan kepentingan bersama. Oleh karena itu perlu
adanya penjelasan yang dapat dimengerti mengapa karyawan harus bekerja dengan
kapasitas penuh (full capacity),
yaitu menggunakan seluruh waktu kerja dengan sebaik-baiknya, mengingat setiap
waktu jam kerja yang terbuang berarti pembuangan keuntungan yang diharapkan.
Penggunaan waktu, daya kerja, dan materi harus betul-betul pragmatis ditinjau
dari sudut kepentingan bersama organisasi, bukan ditinjau dari kepentingan
pribadi.
Oleh karena itulah untuk menggerakkan karyawan agar supaya bekerja
efektif dan efisien harus ditanamkan pengertian yang sebaik-baiknya sehingga
timbul kesadaran bahwa kelancaran jalannya usaha tergantung kepada penggunaan
daya kerja mereka. Apabila kesadaran telah tertanam pada seluruh karyawan
secara merata maka mereka akan mudah digerakkan dan diarahkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Dalam menggerakkan karyawan harus pula bersifat
ideal yaitu bersifat mengajak kepada yang diharapkan dan dicita-citakan,
mengingat secara psikologis setiap karyawan itu ingin maju dan mendapatkan apa
yang dicita-citakannya. Oleh karena itulah manajer harus mengenal psikologi
sosial. Dengan menanamkan keyakinan kepada karyawan bahwa apa yang
dicipa-citakannya akan tercapai, apabila mereka bekerja keras. Tidak ada
keberhasilan yang dicapai dengan kemalasan. Kemalasan pada hakekatnya membawa
kehancuran pada masa yang akan datang. Cita-cita akan tetap merupakan cita-cita
tanpa terwujud dalam kenyataan apabila tidak ada kegiatan dan ketekunan untuk
mencapainya.
Penggerakan tidak terlepas dari tools of management. Dalam menggerakkan karyawan untuk bekerja
dengan sungguh-sungguh memerlukan manusia yang menggerakkannya serta sarana
lainnya seperti uang, peralatan, dan lain-lain. Tools of management dalam penggerakan adalah sangat penting.
Mengingat apabila semangat kerja telah timbul sedangkan sarana yang dibutuhkan
untuk pelaksaan kerja itu tidak ada, maka akan menimbulkan frustasi
(ketidakpuasan/kekecewaan). Oleh karena itulah sebelum manajer menggerakkan
karyawan ia harus menyediakan terlebih dahulu sarana-sarana yang diperlukan
agar supaya mempermudah jalannya kerja. Disamping itu perlu diingat bahwa
penggerakan itu tidak akan ada apabila tools
of management itu sendiri tidak ada. Dengan demikian penggerakan itu
sebenarnya tergantung pada tools of management, mengingat unsur pertamanya
adalah manusia juga.
Sumber :
Mulyono. 2008. Manajemen administrasi dan pendidikan. Yogyakarta: ar-ruzz media.Bennis, Warren, Menjadi Pemimpin Efektif (On Becoming a Leader), Alih bahasa Anna W.Bangun, Elex Media Komputindo, 1994
Covey, Stepehen R, The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang sangat efektif), edisi revisi, alih bahasa Drs, Budijanto, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997
Jones, Gareth R. Organizational Theory : Text and Cases, Addison Wesley, 1995
Robbins, Stepehen P. Managing Today, 2nd Ed, Prentice Hall, 2000
Stoner, James A.F., et al., Management, 6th Ed., Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs, 1995
0 komentar:
Posting Komentar