Nama : Hana Monica
NPM : 13511173
Kelas : 2PA03
Orang
optimis tidak akan mudah menyerah. Mereka yakin bahwa hal-hal buruk hanya
berisfat sementara sedangkan hal-hal baik bersifat lebih permanen. Mereka
percaya bahwa diri mereka bisa berhasil sehingga memiliki tekad kuat dalam
melakukan sesuatu. Mereka bersungguh-sungguh. Itulah kenapa orang optimis
memiliki peluang sukses lebih besar.
Memang agak
sulit mengajarkan optimisme pada anak jika Anda sendiri orang pesimis.
Sebaliknya, jika Anda orang yang optimis, maka dengan sendirinya Anda akan
mengajarkan hal-hal yang penuh optimisme pada anak Anda. Namun demikian, ada
beberapa prinsip umum yang bisa Anda terapkan untuk membantu anak Anda memiliki
optimisme dalam hidup mereka.
Apa yang
bisa dilakukan ?
- Seringlah memuji anak Anda dengan pujian spesifik. Misalnya katakan, “Kamu hebat bisa berlari sejauh itu”, ketimbang sekedar mengatakan, “hebat kamu!”
- Jangan mencela anak jika melakukan kesalahan apalagi dengan memberikan hukuman. Doronglah anak untuk berbuat lebih baik. Pastikan anak tahu bahwa Anda tidak keberatan sedikit pun jika dia melakukan kesalahan sehingga dia tidak takut mencoba lagi ketika gagal. Alangkah baiknya jika memberinya hadiah atas kemauannya mengulang lagi usaha yang sebelumnya gagal. Berani kembali berusaha setelah gagal merupakan esensi dasar optimisme.
- Biarkan anak Anda dengan berbagai hal yang diminatinya (dengan catatan asal tidak membahayakan jiwanya). Dukunglah kegiatannya sejauh mungkin. Kalau bisa Anda terlibat dalam apa yang diminatinya. Misalnya jika dia tertarik dengan sepak bola, maka dukunglah dengan membelikannya bola dan pakaian bola, menyaksikannya bermain atau bahkan mengajaknya bermain.
- Jangan sekali-kali mencela keinginannya, betapapun absurd keinginan anak.
- Fokuslah pada prestasi anak bukan pada kegagalannya. Kadang ada saja orangtua yang meskipun anaknya berhasil menduduki peringkat atas di kelas tapi masih saja mengkritik anak belum cukup baik karena ada nilai kurang di rapornya. Ingatlah, bahwa anak Anda tidak bisa dituntut sempurna terus menerus. Fokus pada kegagalan atau kekurangan bisa membuat anak pesimis dan tidak percaya diri.
- Ajarkan anak Anda bahwa hal-hal buruk bersifat sementara sementara itu hal-hal baik dapat bersifat permanen. Misalnya nilai anak Anda di mata pelajaran matematika jelek, maka ajarkan anak Anda berkesimpulan bahwa di pelajaran matematika nilainya memang jelek karena kurang berusaha atau lainnya, ketimbang menyimpulkan “karena bodoh.” Atau misalnya pada saat anak Anda gagal merangkai puzzle, jika memang itu bisa diselesaikan anak Anda, jangan katakan kepada anak bahwa dia memang bodoh dan tidak bisa mengerjakannya. Katakan saja bahwa dia kurang berkonsentrasi pada saat mengerjakannya.
Referensi : www.psikologi-online.com